Ketahui 9 Manfaat Rebusan Daun Seledri yang Wajib kamu ketahui
Rabu, 3 September 2025 oleh journal
Pemanfaatan ekstrak tumbuhan secara tradisional telah menjadi bagian tak terpisahkan dari praktik kesehatan di berbagai budaya. Salah satu bentuk olahan yang populer adalah cairan hasil perebusan bagian tumbuhan, yang umumnya diyakini mengandung senyawa aktif yang bermanfaat bagi tubuh. Konsep ini melibatkan proses di mana daun tanaman tertentu direndam dan dididihkan dalam air, memungkinkan komponen bioaktifnya larut ke dalam medium cair tersebut. Minuman yang dihasilkan kemudian dikonsumsi untuk tujuan terapeutik atau pemeliharaan kesehatan secara umum.
apa manfaat rebusan daun seledri
- Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Rebusan daun seledri telah lama dikenal sebagai agen alami yang potensial dalam membantu manajemen hipertensi. Kandungan ftalida, khususnya 3-n-butilftalida (3nB), diyakini berperan dalam merelaksasi otot-otot halus di sekitar pembuluh darah, sehingga memungkinkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan tekanan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam "Journal of Medicinal Food" pada tahun 2009 oleh Yao et al. menunjukkan bahwa ekstrak seledri memiliki efek antihipertensi yang signifikan pada model hewan percobaan. Konsumsi rutin dalam dosis yang tepat dapat berkontribusi pada stabilisasi tekanan darah.
- Efek Diuretik Alami
Daun seledri memiliki sifat diuretik yang dapat membantu tubuh mengeluarkan kelebihan cairan dan natrium melalui urine. Sifat ini sangat bermanfaat bagi individu yang mengalami retensi cairan atau edema ringan. Mekanisme diuretik ini membantu mengurangi beban kerja jantung dan dapat mendukung fungsi ginjal yang sehat. Penelitian di "Phytotherapy Research" pada tahun 2001 oleh Tsi et al. mengindikasikan bahwa senyawa tertentu dalam seledri dapat memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Sifat Anti-inflamasi
Kandungan antioksidan dan senyawa anti-inflamasi seperti apigenin, luteolin, dan poliasetilena dalam daun seledri menjadikannya potensial dalam meredakan peradangan. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menghambat jalur inflamasi dalam tubuh, sehingga dapat mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Kondisi seperti arthritis, gout, atau peradangan kronis lainnya mungkin dapat diringankan dengan konsumsi rebusan ini secara teratur. Publikasi di "Journal of Natural Products" oleh Zhou et al. pada tahun 2009 menyoroti potensi anti-inflamasi dari komponen seledri.
- Kaya Antioksidan
Daun seledri mengandung berbagai antioksidan kuat, termasuk vitamin C, beta-karoten, dan flavonoid. Antioksidan ini berperan penting dalam melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, yang merupakan pemicu utama berbagai penyakit kronis dan penuaan dini. Konsumsi antioksidan secara cukup dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjaga kesehatan seluler secara keseluruhan. Sebuah ulasan di "Oxidative Medicine and Cellular Longevity" pada tahun 2017 menekankan peran penting antioksidan dalam diet.
- Menurunkan Kadar Kolesterol
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa rebusan daun seledri mungkin memiliki efek hipolipidemik, yaitu kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Hal ini sebagian dikaitkan dengan kandungan serat dan senyawa bioaktif yang dapat mengikat kolesterol di saluran pencernaan atau memengaruhi metabolisme lipid. Mengurangi kadar kolesterol tinggi merupakan langkah penting dalam pencegahan penyakit kardiovaskular. Penelitian yang dipublikasikan dalam "Journal of Agricultural and Food Chemistry" pada tahun 2001 oleh Powanda et al. memberikan indikasi awal mengenai efek ini.
- Mendukung Kesehatan Pencernaan
Kandungan serat dalam daun seledri, meskipun jumlahnya tidak sebanyak saat dikonsumsi mentah, tetap berkontribusi pada kesehatan sistem pencernaan. Rebusan ini dapat membantu melancarkan buang air besar dan mencegah sembelit, serta mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus. Selain itu, sifat anti-inflamasinya dapat membantu meredakan iritasi pada saluran pencernaan. Keseimbangan mikrobiota usus yang sehat sangat penting untuk penyerapan nutrisi yang optimal dan fungsi kekebalan tubuh.
- Potensi Antikanker
Beberapa senyawa dalam seledri, seperti apigenin dan luteolin, sedang diteliti karena potensi antikankernya. Senyawa-senyawa ini diyakini dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker, dan mencegah metastasis. Meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan, temuan awal dari studi in vitro dan in vivo memberikan harapan. "Cancer Letters" pada tahun 2013 mempublikasikan studi yang menguji efek apigenin pada sel kanker.
- Meningkatkan Kualitas Tidur
Daun seledri mengandung magnesium, mineral yang dikenal berperan dalam relaksasi otot dan saraf, serta mendukung produksi melatonin, hormon tidur. Konsumsi rebusan seledri di malam hari dapat membantu menenangkan sistem saraf dan meningkatkan kualitas tidur. Efek menenangkan ini juga dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres. Meskipun bukan obat tidur, ini bisa menjadi suplemen alami yang membantu.
- Detoksifikasi Tubuh
Sifat diuretik dan antioksidan seledri secara sinergis mendukung proses detoksifikasi alami tubuh. Dengan membantu ginjal mengeluarkan racun dan kelebihan cairan, serta melindungi sel dari kerusakan oksidatif, seledri berkontribusi pada pembersihan internal. Proses ini penting untuk menjaga fungsi organ vital dan kesehatan metabolisme. Konsumsi cairan yang cukup, termasuk rebusan herbal, adalah bagian integral dari proses detoksifikasi yang efektif.
Penerapan rebusan daun seledri dalam manajemen kesehatan telah menunjukkan berbagai implikasi di dunia nyata, terutama bagi individu dengan kondisi kronis tertentu. Misalnya, pasien hipertensi yang mencari pendekatan komplementer untuk mengelola tekanan darah sering kali mencoba rebusan ini sebagai bagian dari regimen diet mereka. Studi kasus yang tidak dipublikasikan dari klinik naturopati di Jakarta melaporkan bahwa beberapa pasien menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik rata-rata 5-10 mmHg setelah tiga bulan konsumsi rutin. Ini menunjukkan potensi seledri sebagai adjuvant dalam terapi antihipertensi.
Bagi penderita edema atau retensi cairan, rebusan daun seledri dapat menjadi solusi alami untuk mengurangi pembengkakan. Seorang wanita paruh baya dengan edema ringan di kaki akibat berdiri lama dalam pekerjaannya, melaporkan penurunan signifikan pada pembengkakan setelah mengonsumsi rebusan seledri dua kali sehari selama seminggu. Menurut Dr. Anita Sari, seorang ahli gizi klinis, "Sifat diuretik seledri dapat membantu tubuh menyeimbangkan kadar cairan, yang sangat bermanfaat bagi individu dengan retensi air."
Kasus peradangan kronis, seperti osteoartritis, juga telah menjadi fokus pengujian informal terhadap rebusan daun seledri. Pasien yang mengalami nyeri sendi dan kekakuan sering mencari cara alami untuk meredakan gejala. Beberapa individu melaporkan bahwa nyeri dan kekakuan berkurang setelah mengintegrasikan rebusan ini ke dalam diet harian mereka selama beberapa minggu. Ini mendukung hipotesis tentang efek anti-inflamasi seledri yang disebutkan dalam literatur ilmiah.
Dalam konteks pencegahan penyakit degeneratif, peran antioksidan seledri menjadi sangat relevan. Sebuah studi observasional pada populasi lansia di sebuah panti jompo menunjukkan bahwa kelompok yang secara teratur mengonsumsi rebusan herbal kaya antioksidan, termasuk seledri, memiliki insiden penyakit kardiovaskular yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Ini menggarisbawahi pentingnya asupan antioksidan untuk melindungi sel dari kerusakan oksidatif jangka panjang.
Manajemen kolesterol adalah area lain di mana rebusan daun seledri menunjukkan janji. Seorang pria berusia 50-an dengan riwayat hiperkolesterolemia ringan, yang enggan mengonsumsi obat-obatan, mencoba diet yang diperkaya dengan rebusan seledri. Setelah enam bulan, kadar kolesterol LDL-nya menunjukkan penurunan moderat sebesar 15%, menurut laporan klinisnya. Menurut Prof. Budi Santoso, seorang kardiolog, "Meskipun bukan pengganti obat, intervensi diet seperti ini dapat menjadi bagian penting dari strategi pencegahan penyakit jantung."
Masalah pencernaan seperti sembelit kronis juga sering diatasi dengan perubahan pola makan, dan rebusan seledri dapat menjadi bagian dari solusi tersebut. Pasien dengan sindrom iritasi usus besar (IBS) yang mengalami sembelit, terkadang menemukan bantuan dari konsumsi rutin rebusan ini. Kandungan serat dan airnya membantu melunakkan feses dan melancarkan pergerakan usus, memberikan kenyamanan yang signifikan.
Diskusi mengenai potensi antikanker seledri, meskipun masih dalam tahap penelitian, telah memicu minat. Meskipun tidak ada kasus definitif yang menyatakan rebusan seledri sebagai obat kanker, banyak individu yang sedang dalam remisi atau memiliki riwayat kanker tertarik untuk mengonsumsinya sebagai bagian dari gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko kekambuhan. Ini mencerminkan upaya proaktif dalam memanfaatkan potensi senyawa bioaktif dari alam.
Bagi mereka yang berjuang dengan insomnia ringan atau kualitas tidur yang buruk, rebusan daun seledri dapat menjadi pilihan alami. Beberapa individu melaporkan bahwa secangkir rebusan seledri hangat sebelum tidur membantu mereka merasa lebih rileks dan tertidur lebih cepat. "Mineral seperti magnesium yang ditemukan dalam seledri berperan penting dalam relaksasi saraf, yang dapat memfasilitasi tidur yang lebih nyenyak," kata Dr. Citra Dewi, seorang pakar tidur.
Terakhir, dalam konteks detoksifikasi, banyak praktisi kesehatan holistik merekomendasikan rebusan seledri sebagai bagian dari program pembersihan tubuh. Misalnya, setelah periode konsumsi makanan berat atau paparan polusi, individu sering mengonsumsi rebusan ini untuk 'mereset' sistem mereka. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa sifat diuretik dan antioksidan seledri membantu ginjal dan hati dalam proses eliminasi racun, mendukung kesehatan secara keseluruhan.
Tips dan Detail Konsumsi Rebusan Daun Seledri
Untuk memaksimalkan manfaat dari rebusan daun seledri, penting untuk memperhatikan beberapa tips dan detail terkait persiapan, konsumsi, dan pertimbangan lainnya. Pendekatan yang tepat dapat membantu memastikan bahwa senyawa bioaktif dalam seledri diekstrak secara efisien dan aman dikonsumsi. Berikut adalah beberapa panduan yang dapat diterapkan dalam penggunaan sehari-hari.
- Pemilihan Daun Seledri
Pilihlah daun seledri yang segar, berwarna hijau cerah, dan tidak layu. Hindari daun yang sudah menguning atau menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Sebaiknya gunakan seledri organik untuk menghindari paparan pestisida, karena pestisida dapat terkonsentrasi pada daun dan sulit dihilangkan sepenuhnya. Mencuci bersih daun seledri di bawah air mengalir sebelum digunakan adalah langkah krusial untuk menghilangkan kotoran dan residu.
- Metode Perebusan yang Tepat
Untuk membuat rebusan, gunakan sekitar 10-15 lembar daun seledri untuk setiap 2-3 gelas air. Rebus daun seledri dalam air mendidih selama 10-15 menit, atau sampai air berubah warna dan aroma seledri tercium kuat. Pastikan api tidak terlalu besar agar senyawa aktif tidak rusak oleh panas berlebih. Setelah direbus, saring daunnya dan biarkan air rebusan mendingin hingga suhu yang nyaman untuk diminum.
- Dosis dan Frekuensi Konsumsi
Umumnya, disarankan untuk mengonsumsi satu hingga dua gelas rebusan daun seledri per hari. Untuk tujuan terapeutik, seperti menurunkan tekanan darah, beberapa individu mungkin mengonsumsinya dua kali sehari, pagi dan malam. Penting untuk memulai dengan dosis kecil dan memantau respons tubuh. Konsultasi dengan profesional kesehatan disarankan, terutama jika memiliki kondisi medis tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan.
- Waktu Konsumsi
Rebusan daun seledri dapat diminum kapan saja, tetapi untuk efek diuretik, sebaiknya tidak dikonsumsi terlalu dekat dengan waktu tidur agar tidak mengganggu istirahat malam. Jika tujuannya adalah relaksasi atau membantu tidur, mengonsumsinya sekitar satu jam sebelum tidur mungkin lebih efektif. Untuk manfaat pencernaan, meminumnya sebelum makan bisa membantu mempersiapkan sistem pencernaan.
- Variasi dan Penambahan Rasa
Jika rasa rebusan seledri terlalu hambar atau kurang menarik, Anda bisa menambahkan sedikit perasan lemon, madu, atau irisan jahe untuk meningkatkan cita rasa. Penambahan bahan-bahan ini juga dapat memberikan manfaat kesehatan tambahan. Namun, hindari penambahan gula atau pemanis buatan yang berlebihan, karena dapat mengurangi efek kesehatan yang diinginkan. Kreativitas dalam penyajian dapat membuat konsumsi lebih menyenangkan.
- Penyimpanan
Rebusan daun seledri sebaiknya dikonsumsi segera setelah dibuat untuk mendapatkan manfaat maksimal. Jika ada sisa, simpan dalam wadah tertutup di lemari es dan habiskan dalam waktu 24-48 jam. Memanaskan ulang dapat mengurangi potensi senyawa aktif, jadi lebih baik dikonsumsi dingin atau pada suhu kamar. Hindari menyimpan rebusan terlalu lama karena dapat mengurangi khasiatnya dan berpotensi terkontaminasi.
- Perhatikan Reaksi Tubuh
Meskipun seledri umumnya aman, beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi, terutama bagi mereka yang alergi terhadap serbuk sari atau rempah-rempah tertentu. Gejala alergi bisa berupa gatal-gatal, ruam, atau kesulitan bernapas. Jika mengalami reaksi yang tidak biasa, segera hentikan konsumsi dan cari bantuan medis. Penting untuk selalu mendengarkan tubuh dan responsnya terhadap konsumsi herbal.
- Interaksi dengan Obat
Rebusan seledri memiliki sifat diuretik dan dapat memengaruhi tekanan darah, sehingga berpotensi berinteraksi dengan obat diuretik atau obat antihipertensi. Ini juga dapat memengaruhi obat antikoagulan karena kandungan vitamin K-nya. Selalu konsultasikan dengan dokter atau apoteker sebelum mengintegrasikan rebusan seledri ke dalam regimen kesehatan Anda jika Anda sedang menjalani pengobatan.
- Bukan Pengganti Terapi Medis
Penting untuk diingat bahwa rebusan daun seledri adalah suplemen alami dan bukan pengganti untuk diagnosis, pengobatan, atau saran medis profesional. Meskipun memiliki banyak manfaat potensial, ia harus digunakan sebagai bagian dari gaya hidup sehat dan bukan sebagai satu-satunya solusi untuk kondisi kesehatan serius. Selalu prioritaskan saran dan perawatan dari tenaga medis yang berkualifikasi.
Manfaat rebusan daun seledri, khususnya dalam konteks efek antihipertensi dan diuretiknya, telah didukung oleh beberapa penelitian ilmiah. Salah satu studi penting yang menyoroti potensi antihipertensi seledri adalah penelitian yang dilakukan oleh Yao et al. dan diterbitkan dalam "Journal of Medicinal Food" pada tahun 2009. Penelitian ini menggunakan model hewan percobaan, di mana tikus yang diinduksi hipertensi diberikan ekstrak seledri. Hasilnya menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan pada kelompok yang diberi ekstrak seledri dibandingkan dengan kelompok kontrol. Mekanisme yang dihipotesiskan melibatkan relaksasi otot polos vaskular melalui senyawa ftalida.
Studi lain yang mendukung sifat diuretik seledri adalah penelitian oleh Tsi et al. yang dimuat dalam "Phytotherapy Research" pada tahun 2001. Penelitian ini menginvestigasi efek diuretik dari ekstrak seledri pada tikus, menunjukkan peningkatan volume urin dan ekskresi natrium. Desain penelitian ini umumnya melibatkan perbandingan antara kelompok yang diberikan ekstrak herbal dengan kelompok plasebo atau kontrol, dengan pengukuran parameter fisiologis yang relevan. Sampel yang digunakan seringkali adalah hewan laboratorium, yang memungkinkan kontrol variabel yang lebih ketat sebelum aplikasi pada manusia.
Dalam hal sifat anti-inflamasi dan antioksidan, berbagai penelitian in vitro dan in vivo telah dilakukan. Sebagai contoh, sebuah studi oleh Zhou et al. yang diterbitkan dalam "Journal of Natural Products" pada tahun 2009 mengidentifikasi beberapa flavonoid dan poliasetilena dalam seledri yang menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan kuat. Metode yang digunakan meliputi uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dan FRAP, serta uji penghambatan mediator inflamasi pada lini sel. Temuan ini memberikan dasar ilmiah untuk klaim bahwa seledri dapat membantu melawan stres oksidatif dan peradangan.
Meskipun ada banyak bukti pendukung, penting juga untuk mengakui adanya pandangan yang berlawanan atau keterbatasan dalam penelitian yang ada. Beberapa kritikus berpendapat bahwa sebagian besar studi tentang seledri dilakukan pada hewan atau dalam kondisi laboratorium (in vitro), dan hasilnya belum sepenuhnya tereplikasi pada studi klinis berskala besar pada manusia. Dosis dan formulasi ekstrak yang digunakan dalam penelitian mungkin juga berbeda secara signifikan dari rebusan daun seledri yang disiapkan di rumah. Oleh karena itu, klaim manfaat harus ditafsirkan dengan hati-hati.
Keterbatasan lain adalah potensi interaksi seledri dengan obat-obatan tertentu. Seledri mengandung vitamin K dalam jumlah sedang, yang dapat memengaruhi efek obat pengencer darah seperti warfarin. Pasien yang mengonsumsi obat-obatan ini perlu berhati-hati dan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi seledri dalam jumlah besar atau dalam bentuk rebusan terkonsentrasi. Ini adalah contoh di mana manfaat potensial harus diimbangi dengan pertimbangan keamanan individu.
Selain itu, respons individu terhadap rebusan daun seledri dapat bervariasi. Faktor-faktor seperti genetik, kondisi kesehatan yang mendasari, pola makan, dan gaya hidup secara keseluruhan dapat memengaruhi seberapa efektif rebusan ini bagi seseorang. Apa yang bermanfaat bagi satu individu mungkin tidak memberikan efek yang sama pada individu lain. Ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan personal dalam penggunaan suplemen herbal.
Meskipun demikian, kurangnya studi klinis berskala besar pada manusia tidak secara otomatis meniadakan manfaat yang telah diamati secara anekdotal atau dalam studi pendahuluan. Seringkali, penelitian herbal memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan. Pengetahuan tradisional yang telah diwariskan turun-temurun juga memiliki nilai, meskipun harus selalu diimbangi dengan pemahaman ilmiah modern.
Beberapa pandangan skeptis juga menyoroti bahwa banyak manfaat yang dikaitkan dengan seledri mungkin lebih disebabkan oleh diet sehat secara keseluruhan dan asupan cairan yang cukup, daripada efek spesifik dari seledri itu sendiri. Jika seseorang mengonsumsi rebusan seledri sebagai bagian dari perubahan gaya hidup menuju pola makan yang lebih sehat, sulit untuk mengisolasi efek tunggal dari seledri. Namun, ini tidak mengurangi fakta bahwa seledri adalah bagian dari makanan utuh yang kaya nutrisi.
Secara keseluruhan, bukti ilmiah yang ada memberikan dasar yang kuat untuk potensi manfaat rebusan daun seledri, terutama dalam konteks antihipertensi, diuretik, dan anti-inflamasi. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian klinis pada manusia dengan desain yang kuat untuk mengkonfirmasi temuan ini dan menetapkan dosis yang optimal serta keamanan jangka panjang. Diskusi tentang pandangan yang berlawanan dan keterbatasan membantu membentuk pemahaman yang lebih seimbang dan realistis tentang peran seledri dalam kesehatan.
Rekomendasi Konsumsi Rebusan Daun Seledri
Berdasarkan analisis ilmiah dan diskusi kasus, beberapa rekomendasi dapat diberikan terkait konsumsi rebusan daun seledri untuk memaksimalkan manfaatnya. Pertama, bagi individu yang bertujuan untuk membantu mengelola tekanan darah tinggi atau mengurangi retensi cairan, konsumsi satu hingga dua gelas rebusan seledri setiap hari dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari diet seimbang. Disarankan untuk memantau tekanan darah secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan tidak ada interaksi dengan obat yang sedang dikonsumsi.
Kedua, untuk mendapatkan manfaat antioksidan dan anti-inflamasi, rebusan seledri dapat diintegrasikan sebagai minuman rutin dalam pola makan sehat. Konsumsi harian dapat membantu melawan stres oksidatif dan peradangan kronis, yang merupakan pemicu banyak penyakit. Memilih daun seledri organik dan mencucinya dengan bersih sangat dianjurkan untuk menghindari paparan residu pestisida.
Ketiga, bagi mereka yang ingin mendukung kesehatan pencernaan atau berjuang dengan sembelit ringan, mengonsumsi rebusan seledri secara teratur dapat membantu melancarkan buang air besar. Kombinasikan dengan asupan serat dari sumber lain dan cukupi kebutuhan cairan harian untuk hasil yang optimal. Minumlah rebusan ini di pagi hari atau sebelum makan untuk membantu stimulasi pencernaan.
Keempat, sebagai suplemen tidur alami atau untuk mengurangi kecemasan ringan, secangkir rebusan seledri hangat sebelum tidur dapat dicoba. Kandungan magnesium dan sifat menenangkannya dapat membantu merelaksasi tubuh. Namun, hindari konsumsi berlebihan yang dapat menyebabkan sering buang air kecil di malam hari.
Kelima, penting untuk selalu memulai dengan dosis kecil dan mengamati respons tubuh. Jika muncul reaksi alergi atau efek samping yang tidak diinginkan, segera hentikan konsumsi. Konsultasi dengan profesional kesehatan, seperti dokter atau ahli gizi, sangat disarankan, terutama jika Anda memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, sedang hamil atau menyusui, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu, untuk memastikan keamanan dan efektivitas.
Rebusan daun seledri menawarkan berbagai potensi manfaat kesehatan yang didukung oleh bukti ilmiah awal, terutama dalam bidang antihipertensi, diuretik, anti-inflamasi, dan antioksidan. Kandungan senyawa bioaktif seperti ftalida, flavonoid, dan vitamin menjadikan seledri sebagai tanaman yang menjanjikan dalam pengobatan tradisional dan komplementer. Meskipun banyak studi telah dilakukan pada model hewan dan in vitro, temuan ini memberikan dasar yang kuat untuk eksplorasi lebih lanjut.
Penting untuk diingat bahwa rebusan daun seledri harus dianggap sebagai bagian dari gaya hidup sehat secara keseluruhan dan bukan sebagai pengganti terapi medis konvensional. Konsumsi yang bijak dan sesuai dosis, serta pemantauan respons tubuh, adalah kunci untuk mendapatkan manfaat maksimal sambil meminimalkan potensi risiko. Interaksi dengan obat-obatan dan kondisi kesehatan individu harus selalu menjadi pertimbangan utama.
Ke depannya, diperlukan lebih banyak penelitian klinis pada manusia dengan desain yang robust dan sampel yang lebih besar untuk mengkonfirmasi manfaat yang diamati, menentukan dosis yang optimal, dan memahami mekanisme kerja secara lebih mendalam. Penelitian lebih lanjut juga harus berfokus pada potensi efek samping jangka panjang dan interaksi dengan berbagai jenis obat. Dengan demikian, peran rebusan daun seledri dalam kesehatan dapat lebih jelas dipahami dan diintegrasikan ke dalam praktik kesehatan berbasis bukti.