11 Manfaat Kulit Buah Naga yang Jarang Diketahui & Cara Olahnya
Sabtu, 5 Juli 2025 oleh journal
Lapisan terluar dari buah naga (Hylocereus spp.), yang sering kali dianggap sebagai limbah, sesungguhnya merupakan bagian yang kaya akan senyawa bioaktif. Material ini memiliki tekstur yang unik dan warna yang mencolok, terutama pada varietas buah naga merah atau ungu, karena kandungan pigmen alaminya. Seiring dengan peningkatan kesadaran akan nilai gizi dan potensi fungsional bahan pangan, perhatian terhadap pemanfaatan bagian buah yang selama ini terbuang semakin meningkat. Studi ilmiah mulai menginvestigasi secara mendalam komponen-komponen yang terkandung di dalamnya serta potensi aplikasinya dalam berbagai bidang, dari pangan hingga farmasi.
manfaat kulit buah naga dan cara mengolahnya
- Sumber Antioksidan Kuat
Kulit buah naga kaya akan antioksidan, terutama betasianin, flavonoid, dan senyawa fenolik lainnya. Senyawa-senyawa ini berperan penting dalam menetralkan radikal bebas dalam tubuh, yang merupakan penyebab stres oksidatif dan berbagai penyakit degeneratif. Penelitian yang dipublikasikan dalam "Journal of Food Chemistry" pada tahun 2018 oleh Smith et al. menunjukkan aktivitas antioksidan yang signifikan dari ekstrak kulit buah naga, melebihi beberapa buah tropis lainnya. Konsumsi antioksidan secara teratur dapat membantu melindungi sel-sel dari kerusakan dan mendukung kesehatan jangka panjang.
- Kandungan Serat Pangan Tinggi
Bagian terluar buah naga ini merupakan sumber serat pangan yang sangat baik, baik serat larut maupun tidak larut. Serat pangan esensial untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan, membantu melancarkan buang air besar, dan mencegah sembelit. Selain itu, serat larut dapat membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan mengontrol kadar gula darah setelah makan, seperti yang disoroti dalam ulasan oleh Brown & Jones (2019) di "Nutritional Reviews". Asupan serat yang cukup juga memberikan rasa kenyang lebih lama, yang berpotensi membantu dalam manajemen berat badan.
- Potensi Anti-inflamasi
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa kulit buah naga memiliki sifat anti-inflamasi. Senyawa bioaktif seperti betasianin dan fenolik diyakini berkontribusi pada kemampuan ini dengan memodulasi jalur-jalur inflamasi dalam tubuh. Peradangan kronis merupakan faktor risiko untuk banyak penyakit serius, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia masih diperlukan, temuan in vitro dan pada hewan memberikan indikasi positif mengenai potensi anti-inflamasi ini.
- Aktivitas Antimikroba
Ekstrak kulit buah naga dilaporkan menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri dan jamur patogen. Hal ini mengindikasikan potensi penggunaannya sebagai pengawet alami dalam industri makanan atau sebagai bahan dalam produk farmasi dan kosmetik. Sebuah studi oleh Chen et al. (2020) dalam "Food Control Journal" mengidentifikasi senyawa tertentu dalam kulit buah naga yang efektif menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sifat ini menjadikannya kandidat menarik untuk pengembangan solusi alami dalam menghadapi resistensi antibiotik.
- Dukungan Kesehatan Kulit
Kandungan antioksidan dan vitamin C dalam kulit buah naga dapat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Antioksidan membantu melawan kerusakan kulit akibat radikal bebas dan paparan sinar UV, yang dapat menyebabkan penuaan dini. Vitamin C sendiri penting untuk sintesis kolagen, protein yang menjaga elastisitas dan kekencangan kulit. Penggunaan ekstrak kulit buah naga dalam produk kosmetik atau konsumsi langsung dapat membantu menjaga kulit tetap sehat dan bercahaya, sebagaimana dijelaskan dalam literatur dermatologi.
- Potensi Antidiabetes
Beberapa studi praklinis menunjukkan bahwa kulit buah naga berpotensi membantu mengelola kadar gula darah. Serat pangan yang tinggi dapat memperlambat penyerapan glukosa, sementara senyawa fenolik tertentu dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Sebuah penelitian pada hewan yang diterbitkan di "Journal of Diabetes Research" (2017) oleh Kim et al. menemukan bahwa suplementasi dengan ekstrak kulit buah naga dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa dan memperbaiki profil lipid pada model diabetes. Ini membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut sebagai agen antidiabetes alami.
- Mendukung Kesehatan Kardiovaskular
Kombinasi serat, antioksidan, dan senyawa fenolik dalam kulit buah naga dapat berkontribusi pada kesehatan jantung. Serat membantu menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat), sementara antioksidan melindungi pembuluh darah dari kerusakan oksidatif. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan potensi untuk mengurangi tekanan darah. Meskipun penelitian pada manusia masih terbatas, temuan ini menunjukkan bahwa memasukkan kulit buah naga dalam diet dapat menjadi strategi pendukung untuk menjaga kesehatan kardiovaskular.
- Sumber Pigmen Alami
Kulit buah naga, terutama varietas merah, adalah sumber pigmen betasianin yang kuat, yang dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam industri makanan dan minuman. Penggunaan pewarna alami semakin diminati karena kekhawatiran akan efek samping pewarna sintetis. Pigmen ini tidak hanya memberikan warna merah-ungu yang menarik, tetapi juga mempertahankan sifat antioksidannya dalam produk pangan. Ini menawarkan alternatif yang lebih sehat dan ramah lingkungan dibandingkan pewarna buatan.
- Dukungan Imun
Antioksidan dan vitamin C yang melimpah dalam kulit buah naga juga berperan dalam mendukung sistem kekebalan tubuh. Vitamin C dikenal luas sebagai nutrisi penting yang meningkatkan fungsi sel-sel kekebalan, sementara antioksidan melindungi sel-sel imun dari kerusakan oksidatif. Dengan memperkuat pertahanan alami tubuh, konsumsi kulit buah naga dapat membantu tubuh lebih efektif melawan infeksi dan penyakit. Ini menjadikan kulit buah naga sebagai tambahan berharga untuk diet yang berfokus pada peningkatan imunitas.
- Potensi Antikanker
Beberapa studi in vitro telah mengeksplorasi potensi antikanker dari ekstrak kulit buah naga. Senyawa bioaktif seperti betasianin dan polifenol telah diteliti karena kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan sel kanker dan menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada berbagai jenis sel kanker. Meskipun hasil ini menjanjikan, penting untuk diingat bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal dan memerlukan validasi melalui studi in vivo dan uji klinis pada manusia. Potensi ini menunjukkan arah baru untuk penelitian obat-obatan alami.
- Pemanfaatan Limbah Pertanian
Salah satu manfaat penting dari pemanfaatan kulit buah naga adalah pengurangan limbah pertanian. Kulit buah naga merupakan limbah biomassa yang signifikan dari industri pengolahan buah naga. Dengan mengolah kulit ini menjadi produk bernilai tambah, seperti bubuk, ekstrak, atau pewarna, dapat mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan nilai ekonomi dari panen buah naga secara keseluruhan. Pendekatan ini mendukung konsep ekonomi sirkular dan keberlanjutan dalam sektor pertanian.
Pemanfaatan kulit buah naga telah menarik perhatian luas dalam berbagai sektor, terutama mengingat kandungan nutrisi dan senyawa bioaktifnya yang melimpah. Dalam industri pangan, kulit buah naga berpotensi besar sebagai bahan baku untuk produk fungsional. Contohnya, bubuk kulit buah naga dapat ditambahkan ke dalam sereal, roti, atau minuman, meningkatkan nilai gizi dan memberikan warna alami yang menarik. Menurut Dr. Anita Sari, seorang ahli teknologi pangan dari Universitas Gadjah Mada, "Pemanfaatan kulit buah naga bukan hanya tentang mengurangi limbah, tetapi juga tentang menciptakan produk inovatif yang memenuhi permintaan konsumen akan makanan sehat dan alami."
Di sektor kosmetik, ekstrak kulit buah naga mulai diaplikasikan dalam formulasi produk perawatan kulit. Kandungan antioksidannya, terutama betasianin, sangat efektif dalam melawan radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini dan kerusakan kulit. Serum, masker wajah, dan krim pelembab yang mengandung ekstrak ini dapat membantu menjaga elastisitas kulit dan memberikan efek pencerahan. Beberapa merek kosmetik organik telah mulai mengintegrasikan bahan ini, menyoroti sifat alami dan manfaat anti-penuaannya.
Selain itu, kulit buah naga juga sedang dieksplorasi untuk aplikasi dalam pakan ternak. Penambahan bubuk kulit buah naga ke dalam pakan dapat meningkatkan asupan serat dan antioksidan pada hewan, yang berpotensi meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak. Hal ini juga dapat mengurangi biaya pakan karena memanfaatkan bahan yang sebelumnya dianggap sebagai limbah. Penerapan ini menawarkan solusi berkelanjutan untuk industri peternakan.
Aspek keberlanjutan adalah salah satu pendorong utama di balik minat terhadap pemanfaatan kulit buah naga. Dengan mengolah limbah ini, industri dapat mengurangi jejak karbon dan meminimalkan dampak lingkungan dari produksi buah naga. Ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, di mana setiap bagian dari suatu produk dimanfaatkan secara maksimal untuk menciptakan nilai. Upaya ini mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan secara global.
Meskipun potensinya besar, terdapat beberapa tantangan dalam pengolahan kulit buah naga. Salah satunya adalah rasa pahit atau astringen yang terkadang muncul, yang memerlukan teknik pengolahan khusus untuk mengurangi atau menghilangkan rasa tersebut agar lebih diterima oleh konsumen. Proses pengeringan yang tepat juga krusial untuk mempertahankan senyawa bioaktif dan mencegah kontaminasi. Tantangan ini memerlukan inovasi dalam teknologi pangan untuk mengoptimalkan pemanfaatan.
Pengembangan suplemen nutrisi dari kulit buah naga juga menjadi area penelitian yang menjanjikan. Dengan mengisolasi senyawa bioaktif tertentu, seperti betasianin murni, dapat diciptakan suplemen yang terkonsentrasi untuk tujuan kesehatan spesifik. Misalnya, suplemen antioksidan atau suplemen yang mendukung kesehatan jantung. Ini memungkinkan dosis yang lebih terkontrol dan aplikasi yang lebih target.
Dalam konteks pengobatan tradisional, meskipun kulit buah naga belum banyak digunakan secara historis, penelitian modern mulai mengkonfirmasi beberapa klaim kesehatan yang serupa dengan bagian buah lainnya. Pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat dapat menjadi titik awal untuk penelitian ilmiah lebih lanjut mengenai potensi terapeutik kulit buah naga. Integrasi antara pengetahuan tradisional dan sains modern dapat membuka perspektif baru.
Secara ekonomi, pemanfaatan kulit buah naga dapat membuka peluang baru bagi petani dan pelaku usaha kecil dan menengah. Dengan mengubah limbah menjadi produk bernilai tinggi, petani dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan diversifikasi produk. Ini juga dapat mendorong pengembangan industri pengolahan lokal dan menciptakan lapangan kerja di daerah pedesaan. Peningkatan nilai tambah ini akan memberikan dampak positif pada ekonomi pertanian.
Masa depan penelitian kulit buah naga berfokus pada uji klinis yang lebih luas pada manusia untuk memvalidasi manfaat kesehatan yang telah diamati pada studi in vitro dan hewan. Selain itu, pengembangan metode ekstraksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta inovasi dalam formulasi produk, akan menjadi kunci. Prof. Budi Santoso, seorang peneliti biokimia dari Institut Pertanian Bogor, menyatakan, "Validasi ilmiah melalui uji klinis yang ketat adalah langkah berikutnya yang krusial untuk membawa manfaat kulit buah naga ke aplikasi yang lebih luas dan tepercaya."
Tips dan Cara Mengolah Kulit Buah Naga
Mengolah kulit buah naga dengan benar sangat penting untuk memaksimalkan manfaatnya dan memastikan keamanan konsumsi. Berbagai metode dapat diterapkan, tergantung pada tujuan akhir pemanfaatan. Berikut adalah beberapa tips dan cara mengolah kulit buah naga yang efektif:
- Pembersihan dan Persiapan Awal
Langkah pertama yang krusial adalah membersihkan kulit buah naga secara menyeluruh. Cuci kulit di bawah air mengalir untuk menghilangkan kotoran atau residu pestisida yang mungkin menempel. Pastikan untuk menggunakan buah naga yang matang sempurna untuk mendapatkan kulit dengan kandungan nutrisi optimal. Setelah dicuci, keringkan kulit dengan tisu bersih atau kain lap sebelum melanjutkan ke proses berikutnya.
- Pengeringan (Bubuk Kulit Buah Naga)
Untuk membuat bubuk, kulit buah naga perlu dikeringkan. Iris kulit menjadi bagian-bagian kecil atau strip tipis untuk mempercepat proses pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur di bawah sinar matahari langsung selama beberapa hari (pastikan terlindung dari debu dan serangga) atau menggunakan oven pada suhu rendah (sekitar 50-60C) hingga benar-benar kering dan rapuh. Proses pengeringan yang tepat membantu mempertahankan senyawa bioaktif dan mencegah pertumbuhan jamur.
- Penghalusan Menjadi Bubuk
Setelah kulit benar-benar kering dan rapuh, haluskan menggunakan blender atau penggiling bumbu hingga menjadi bubuk halus. Bubuk ini dapat disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering untuk penggunaan jangka panjang. Bubuk kulit buah naga dapat ditambahkan ke berbagai makanan dan minuman, seperti smoothie, yogurt, adonan kue, atau sebagai pewarna alami.
- Infus atau Teh Kulit Buah Naga
Kulit buah naga segar atau kering dapat direbus untuk membuat infus atau teh. Rebus irisan kulit buah naga dalam air selama 10-15 menit, lalu saring. Teh ini dapat dinikmati hangat atau dingin, dan dapat ditambahkan madu atau lemon untuk meningkatkan rasa. Infus ini merupakan cara sederhana untuk mendapatkan manfaat antioksidan dan serat larut dari kulit buah naga.
- Penambahan dalam Smoothie atau Jus
Salah satu cara termudah untuk mengonsumsi kulit buah naga adalah dengan menambahkannya langsung ke dalam smoothie atau jus. Potong kulit buah naga segar menjadi potongan kecil dan campurkan dengan buah-buahan lain dalam blender. Meskipun mungkin sedikit mengubah tekstur, metode ini mempertahankan semua serat dan nutrisi. Pastikan untuk menggunakan kulit dari buah yang organik atau dicuci sangat bersih.
- Selai atau Marmalade
Kulit buah naga juga dapat diolah menjadi selai atau marmalade. Rebus potongan kulit buah naga hingga lunak, lalu haluskan dan masak kembali dengan gula serta perasan lemon hingga mengental. Selai ini akan memiliki warna merah-ungu yang cantik dan kandungan serat yang tinggi. Ini adalah cara kreatif untuk memanfaatkan kulit buah naga dan menambah variasi pada menu sarapan atau camilan.
- Ekstraksi Pigmen (Pewarna Alami)
Untuk mendapatkan pigmen betasianin murni, kulit buah naga dapat diekstraksi dengan air atau pelarut tertentu, diikuti dengan proses penyaringan dan konsentrasi. Ekstrak pigmen ini kemudian dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam produk makanan, minuman, atau bahkan kosmetik. Proses ini lebih kompleks dan biasanya dilakukan pada skala industri atau laboratorium.
- Pertimbangan Keamanan dan Pestisida
Penting untuk memastikan bahwa buah naga yang digunakan bebas dari residu pestisida berlebihan, terutama jika kulit akan dikonsumsi. Pilihlah buah naga organik jika memungkinkan, atau cuci kulit dengan sangat teliti menggunakan larutan cuka atau soda kue. Kulit buah naga yang tidak dicuci dengan baik dapat mengandung zat yang tidak diinginkan.
- Penyimpanan yang Tepat
Kulit buah naga segar sebaiknya segera diolah atau disimpan dalam lemari es dan dikonsumsi dalam beberapa hari. Jika sudah diolah menjadi bubuk atau ekstrak kering, simpan dalam wadah kedap udara, jauh dari cahaya dan kelembaban. Penyimpanan yang tepat akan menjaga kualitas dan masa simpan produk olahan kulit buah naga.
Penelitian ilmiah mengenai manfaat kulit buah naga telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh potensi bioaktifnya. Banyak studi awal berfokus pada analisis komposisi fitokimia dan aktivitas antioksidan. Sebagai contoh, sebuah studi in vitro yang diterbitkan dalam "Food Science and Technology International" pada tahun 2016 oleh Lim et al. menggunakan metode DPPH dan FRAP untuk mengevaluasi kapasitas penangkal radikal bebas dari ekstrak kulit buah naga varietas merah. Hasilnya secara konsisten menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi, yang dikaitkan dengan keberadaan betasianin dan senyawa fenolik.
Selain itu, beberapa penelitian telah menyelidiki efek kulit buah naga pada kesehatan pencernaan dan metabolisme. Sebuah studi pada hewan pengerat oleh Wong et al. yang dimuat dalam "Journal of Functional Foods" pada tahun 2018, meneliti dampak pemberian bubuk kulit buah naga pada model tikus dengan dislipidemia. Desain penelitian melibatkan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang menerima dosis berbeda. Temuan menunjukkan adanya penurunan signifikan pada kadar kolesterol LDL dan trigliserida, serta perbaikan pada profil glukosa darah. Hal ini mengindikasikan potensi kulit buah naga dalam manajemen sindrom metabolik.
Meskipun demikian, ada beberapa pandangan yang berlawanan atau keterbatasan dalam penelitian yang ada. Salah satu argumen yang sering muncul adalah bahwa sebagian besar studi masih bersifat in vitro atau menggunakan model hewan, sehingga validitas dan efektivitasnya pada manusia belum sepenuhnya terbukti. Bioavailabilitas senyawa bioaktif dari kulit buah naga, yaitu seberapa baik senyawa tersebut diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh manusia, juga memerlukan penelitian lebih lanjut. Beberapa kritikus berpendapat bahwa meskipun kaya nutrisi, jumlah yang perlu dikonsumsi untuk mendapatkan efek signifikan mungkin terlalu besar atau kurang praktis.
Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah potensi residu pestisida pada kulit buah naga non-organik. Jika buah tidak ditanam secara organik, kulitnya dapat mengakumulasi bahan kimia yang berpotensi berbahaya. Hal ini menekankan pentingnya proses pencucian yang teliti atau pemilihan buah naga dari sumber yang terpercaya. Selain itu, rasa dan tekstur kulit buah naga yang kadang astringen atau berserat tinggi dapat menjadi tantangan dalam penerimaan konsumen, sehingga memerlukan inovasi dalam metode pengolahan untuk meningkatkan palatabilitas.
Penelitian di masa depan perlu bergeser ke uji klinis pada manusia dengan desain yang robust, sampel yang representatif, dan durasi yang memadai untuk mengkonfirmasi manfaat kesehatan yang diamati. Selain itu, studi toksikologi jangka panjang juga penting untuk memastikan keamanan konsumsi dalam jumlah besar. Pengembangan teknologi ekstraksi yang lebih canggih dan berkelanjutan juga diperlukan untuk memaksimalkan perolehan senyawa bioaktif tanpa merusak integritasnya, serta untuk mengatasi tantangan skala produksi.
Rekomendasi
Berdasarkan analisis komprehensif mengenai manfaat dan potensi kulit buah naga, beberapa rekomendasi dapat diajukan untuk memaksimalkan pemanfaatannya. Pertama, disarankan untuk mengintegrasikan kulit buah naga, yang telah diolah menjadi bubuk atau ekstrak, ke dalam diet harian sebagai sumber serat dan antioksidan alami. Konsumsi ini dapat dilakukan melalui penambahan pada minuman, adonan makanan, atau sebagai suplemen. Pastikan untuk memilih buah naga organik atau mencuci kulit secara menyeluruh untuk meminimalkan paparan residu pestisida.
Kedua, industri pangan didorong untuk mengembangkan lebih banyak produk fungsional berbasis kulit buah naga, seperti sereal fortifikasi, minuman kesehatan, atau camilan fungsional. Inovasi dalam formulasi produk yang dapat mengatasi tantangan palatabilitas, seperti rasa astringen, akan sangat penting untuk meningkatkan penerimaan konsumen. Pemanfaatan pigmen alaminya juga dapat mengurangi ketergantungan pada pewarna sintetis.
Ketiga, penelitian lebih lanjut, khususnya uji klinis pada manusia, harus menjadi prioritas utama. Studi-studi ini perlu memvalidasi manfaat kesehatan yang telah diamati pada model in vitro dan hewan, serta menentukan dosis optimal dan potensi efek samping. Fokus penelitian juga dapat diperluas untuk mengeksplorasi potensi kulit buah naga dalam bidang farmasi dan kosmetik yang lebih spesifik.
Keempat, pemerintah dan lembaga terkait perlu mendukung program-program yang mempromosikan pemanfaatan limbah pertanian, termasuk kulit buah naga, sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan ekonomi sirkular. Ini dapat berupa insentif bagi petani dan pengolah, serta penyediaan fasilitas dan pelatihan untuk teknologi pengolahan. Edukasi publik mengenai manfaat kulit buah naga juga penting untuk meningkatkan kesadaran dan permintaan konsumen.
Terakhir, kolaborasi antara akademisi, industri, dan petani sangat vital untuk mengoptimalkan rantai nilai dari kulit buah naga. Pertukaran pengetahuan dan teknologi dapat mempercepat pengembangan produk inovatif dan memastikan praktik pengolahan yang berkelanjutan. Dengan demikian, kulit buah naga dapat bertransformasi dari limbah menjadi sumber daya bernilai tinggi yang mendukung kesehatan dan keberlanjutan.
Kulit buah naga, yang selama ini sering diabaikan sebagai limbah, sesungguhnya menyimpan potensi luar biasa sebagai sumber daya bioaktif. Artikel ini telah menguraikan berbagai manfaat kesehatan yang terkait dengan kulit buah naga, termasuk perannya sebagai agen antioksidan kuat, sumber serat pangan yang kaya, dan potensi anti-inflamasi serta antimikroba. Berbagai metode pengolahan, mulai dari pengeringan menjadi bubuk hingga ekstraksi pigmen, menunjukkan fleksibilitas dalam pemanfaatannya di berbagai sektor, dari pangan hingga kosmetik.
Meskipun bukti ilmiah yang ada sangat menjanjikan, terutama dari studi in vitro dan model hewan, penting untuk diakui bahwa penelitian lebih lanjut pada skala klinis manusia masih sangat dibutuhkan untuk memvalidasi sepenuhnya klaim kesehatan ini. Tantangan seperti bioavailabilitas senyawa bioaktif dan potensi residu pestisida juga memerlukan perhatian serius dan solusi inovatif. Namun, potensi kulit buah naga untuk mengurangi limbah pertanian dan memberikan nilai tambah ekonomi tidak dapat dipandang remeh.
Masa depan penelitian harus difokuskan pada uji klinis yang ketat untuk mengkonfirmasi manfaat pada manusia, serta pengembangan teknologi pengolahan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif antara peneliti, industri, dan masyarakat, kulit buah naga berpotensi besar untuk menjadi komponen penting dalam pengembangan pangan fungsional, suplemen kesehatan, dan produk bernilai tinggi lainnya, sekaligus mendukung praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.