Ketahui 20 Manfaat Pestisida Nabati Daun Sirsak yang Wajib Kamu Intip
Kamis, 25 September 2025 oleh journal
Pestisida nabati merupakan alternatif pengendalian hama yang memanfaatkan senyawa bioaktif dari tumbuhan untuk melindungi tanaman dari serangan organisme pengganggu. Sumber daya alam ini menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan pestisida sintetis, dengan risiko residu kimia yang minimal pada produk pertanian dan dampak negatif yang lebih rendah terhadap ekosistem. Salah satu bahan alami yang menunjukkan potensi besar dalam formulasi pestisida nabati adalah daun sirsak (Annona muricata). Ekstrak dari daun sirsak telah lama dikenal dalam praktik pertanian tradisional karena kandungan metabolit sekundernya yang beragam, menjadikannya kandidat kuat untuk pengembangan agen biopestisida yang efektif dan berkelanjutan.
manfaat pestisida nabati daun sirsak
- Aktivitas Insektisida yang Kuat
Ekstrak daun sirsak mengandung senyawa aktif, terutama acetogenin annonaceous seperti annonacin, yang dikenal memiliki sifat insektisida kuat. Senyawa ini bekerja dengan mengganggu sistem pernapasan dan metabolisme energi serangga, menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Penelitian telah menunjukkan bahwa konsentrasi tertentu dari ekstrak ini efektif dalam mengendalikan berbagai jenis hama pengunyah dan penghisap, menawarkan metode pengendalian yang non-kimiawi.
- Sifat Antifeedant (Penolak Makan)
Salah satu manfaat penting dari pestisida nabati daun sirsak adalah kemampuannya sebagai antifeedant. Hama yang terpapar ekstrak ini cenderung kehilangan nafsu makan, sehingga mengurangi kerusakan pada tanaman. Efek ini terjadi karena senyawa bioaktif mengganggu sensor kemoreseptor pada serangga, membuat tanaman tidak menarik sebagai sumber makanan.
- Efek Repelen (Penolak)
Selain sebagai antifeedant, ekstrak daun sirsak juga berfungsi sebagai repelen. Aroma dan senyawa tertentu dalam ekstrak dapat mengusir serangga hama dari area tanaman yang diaplikasikan. Ini membantu mencegah serangga mendarat dan bertelur pada tanaman, sehingga mengurangi populasi hama secara preventif.
- Larvisida dan Ovisida
Pestisida nabati dari daun sirsak menunjukkan efektivitas dalam mengendalikan hama pada berbagai tahap siklus hidupnya, termasuk sebagai larvisida dan ovisida. Senyawa aktif dapat menghambat perkembangan larva dan mengurangi daya tetas telur hama. Kemampuan ini sangat krusial dalam memutus siklus hidup hama, mencegah ledakan populasi di kemudian hari.
- Dampak Lingkungan yang Minimal
Berbeda dengan pestisida sintetis yang seringkali meninggalkan residu berbahaya dan mencemari lingkungan, pestisida nabati daun sirsak bersifat mudah terurai secara hayati. Ini berarti bahwa setelah diaplikasikan, senyawa aktif akan terdegradasi secara alami tanpa meninggalkan kontaminan persisten di tanah atau air. Keunggulan ini mendukung praktik pertanian berkelanjutan dan menjaga kualitas lingkungan.
- Aman bagi Organisme Non-Target
Formulasi pestisida nabati dari daun sirsak umumnya lebih selektif dalam targetnya, sehingga memiliki toksisitas yang rendah terhadap organisme non-target seperti serangga penyerbuk (misalnya lebah) dan musuh alami hama. Hal ini membantu menjaga keseimbangan ekosistem pertanian dan mendukung keanekaragaman hayati. Uji toksisitas telah menunjukkan profil keamanan yang lebih baik dibandingkan alternatif kimia.
- Mengurangi Residu Kimia pada Hasil Panen
Penggunaan pestisida nabati secara signifikan mengurangi akumulasi residu pestisida pada buah, sayur, dan tanaman pangan lainnya. Ini sangat penting untuk keamanan pangan dan kesehatan konsumen. Produk pertanian yang bebas atau rendah residu kimia memiliki nilai tambah di pasar dan memenuhi standar keamanan pangan yang semakin ketat.
- Mendukung Pertanian Organik
Sebagai produk alami, pestisida nabati daun sirsak sangat cocok untuk aplikasi dalam sistem pertanian organik. Penggunaannya sesuai dengan prinsip-prinsip pertanian organik yang menekankan keberlanjutan, kesehatan tanah, dan produksi pangan yang alami. Ini membuka peluang bagi petani organik untuk mengendalikan hama tanpa mengorbankan sertifikasi organik mereka.
- Potensi Mengatasi Resistensi Hama
Penggunaan berulang pestisida sintetis seringkali memicu resistensi pada populasi hama. Pestisida nabati, dengan berbagai senyawa aktif dan mekanisme kerja yang kompleks, dapat menjadi alat yang efektif dalam strategi manajemen resistensi hama. Kombinasi beberapa senyawa bioaktif mempersulit hama untuk mengembangkan mekanisme pertahanan terhadapnya.
- Ketersediaan Bahan Baku Lokal
Daun sirsak adalah tanaman yang melimpah di banyak daerah tropis, termasuk Indonesia, sehingga bahan bakunya mudah didapat dan relatif murah. Ketersediaan lokal ini mengurangi ketergantungan pada impor bahan kimia dan mendukung ekonomi pedesaan. Petani dapat memproduksi sendiri formulasi sederhana, mengurangi biaya produksi.
- Biaya Produksi Relatif Rendah
Dibandingkan dengan pestisida sintetis yang memerlukan proses manufaktur kompleks dan bahan baku mahal, produksi pestisida nabati dari daun sirsak dapat dilakukan dengan biaya yang lebih rendah. Proses ekstraksi sederhana dan ketersediaan bahan baku yang melimpah berkontribusi pada efisiensi biaya. Hal ini menguntungkan petani skala kecil.
- Peningkatan Kesehatan Tanah
Pestisida nabati tidak mengganggu mikroorganisme tanah yang bermanfaat, seperti bakteri pengurai dan jamur mikoriza, yang esensial untuk kesuburan tanah. Sebaliknya, pestisida sintetis seringkali merusak populasi mikroba ini, mengurangi kesehatan dan produktivitas tanah dalam jangka panjang. Penggunaan bahan alami membantu menjaga ekosistem tanah yang seimbang.
- Pengendalian Hama Spektrum Luas
Meskipun seringkali dianggap lebih spesifik, ekstrak daun sirsak telah terbukti efektif terhadap berbagai jenis hama, termasuk kutu daun, ulat grayak, belalang, dan beberapa jenis tungau. Spektrum pengendalian yang luas ini menjadikannya solusi serbaguna untuk berbagai tantangan hama di lahan pertanian. Uji coba lapangan telah mengkonfirmasi efektivitasnya pada beragam spesies hama.
- Peningkatan Kualitas Hasil Panen
Dengan mengurangi kerusakan akibat hama tanpa meninggalkan residu kimia berbahaya, pestisida nabati daun sirsak berkontribusi pada peningkatan kualitas fisik dan nutrisi hasil panen. Buah dan sayuran yang diproduksi lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi. Ini juga dapat meningkatkan nilai jual produk di pasar yang sadar kesehatan.
- Mendukung Keamanan Pekerja Pertanian
Petani dan pekerja pertanian seringkali terpapar langsung dengan pestisida saat aplikasi. Pestisida nabati, dengan toksisitas yang lebih rendah, mengurangi risiko kesehatan bagi mereka yang mengaplikasikannya. Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia sintetis dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, sehingga alternatif alami lebih aman.
- Potensi untuk Formulasi Kombinasi
Ekstrak daun sirsak dapat dikombinasikan dengan ekstrak tanaman lain atau agen biokontrol lainnya untuk menciptakan formulasi pestisida yang lebih kuat dan bersinergi. Pendekatan ini memungkinkan pengendalian hama yang lebih komprehensif dan efektif, memanfaatkan berbagai mekanisme kerja. Ini juga dapat membantu dalam mengatasi resistensi.
- Meningkatkan Biodiversitas Agroekosistem
Penggunaan pestisida nabati yang selektif membantu mempertahankan populasi serangga dan mikroorganisme bermanfaat lainnya di agroekosistem. Keberadaan musuh alami hama dan penyerbuk esensial untuk keseimbangan ekologi dan produktivitas pertanian. Ini mendukung sistem pertanian yang lebih resilient dan berkelanjutan.
- Tidak Menimbulkan Fitotoksisitas Berarti
Dalam konsentrasi yang tepat, pestisida nabati daun sirsak umumnya tidak menyebabkan efek fitotoksik atau kerusakan pada tanaman yang diaplikasikan. Hal ini berbeda dengan beberapa pestisida kimia yang dapat menyebabkan daun gosong atau pertumbuhan terhambat. Uji dosis dan konsentrasi yang tepat adalah kunci untuk menghindari efek samping ini.
- Mendukung Inovasi dan Penelitian Lokal
Potensi daun sirsak sebagai pestisida nabati mendorong penelitian dan pengembangan di tingkat lokal dan nasional. Ini membuka peluang bagi ilmuwan, universitas, dan petani untuk berinovasi dalam formulasi, metode aplikasi, dan studi efikasi. Peningkatan pengetahuan ini penting untuk adopsi yang lebih luas.
- Peningkatan Nilai Tambah Tanaman Sirsak
Selain buahnya yang berharga, daun sirsak yang dulunya sering terbuang kini memiliki nilai ekonomi sebagai bahan baku pestisida. Ini memberikan pendapatan tambahan bagi petani sirsak dan mendukung ekonomi sirkular. Pemanfaatan limbah pertanian menjadi produk bernilai tinggi merupakan model ekonomi yang berkelanjutan.
Penerapan pestisida nabati daun sirsak telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam berbagai skenario pertanian. Di Indonesia, misalnya, beberapa petani padi telah mulai mengintegrasikan penggunaan ekstrak daun sirsak untuk mengendalikan hama wereng coklat, salah satu hama utama yang merusak tanaman padi. Studi kasus menunjukkan bahwa aplikasi rutin dapat mengurangi populasi wereng secara signifikan, memberikan perlindungan yang setara dengan metode kimia namun dengan dampak lingkungan yang jauh lebih rendah. Menurut Dr. Ani Suryani, seorang entomolog pertanian dari Universitas Gadjah Mada, "Pestisida nabati daun sirsak menawarkan solusi yang tepat bagi petani kecil yang mencari alternatif berkelanjutan dan terjangkau untuk mengelola hama padi mereka."
Pada budidaya sayuran, khususnya cabai dan tomat, serangan kutu daun dan ulat grayak seringkali menjadi masalah serius. Petani di Jawa Barat telah berhasil menerapkan semprotan ekstrak daun sirsak sebagai bagian dari program pengelolaan hama terpadu mereka. Mereka melaporkan penurunan drastis kerusakan daun dan buah akibat serangan hama tersebut, serta peningkatan kualitas panen yang bebas residu. Penggunaan pestisida nabati ini juga membantu menjaga populasi serangga penyerbuk, seperti lebah, yang vital bagi keberhasilan penyerbukan tanaman sayuran.
Dalam konteks pertanian perkebunan, seperti kakao dan kopi, hama penggerek buah dan batang menjadi ancaman konstan. Meskipun tantangan aplikasinya mungkin lebih besar karena luasnya area, beberapa perkebunan skala kecil telah bereksperimen dengan formulasi konsentrat daun sirsak. Hasil awal menunjukkan bahwa ekstrak ini memiliki potensi sebagai agen pencegah yang mengurangi tingkat infestasi. Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Agricultural Science pada tahun 2019, ekstrak daun sirsak menunjukkan efek antifeedant yang kuat terhadap larva penggerek buah kakao, menunjukkan potensinya dalam manajemen hama perkebunan.
Salah satu keuntungan signifikan dari pestisida nabati daun sirsak adalah kompatibilitasnya dengan sistem pertanian organik dan berkelanjutan. Di beberapa komunitas petani organik, produk ini telah menjadi pilar strategi perlindungan tanaman mereka, menggantikan sepenuhnya penggunaan pestisida sintetis. Hal ini memungkinkan mereka untuk mempertahankan sertifikasi organik produk mereka, yang pada gilirannya membuka akses ke pasar yang lebih premium. Keberhasilan ini menyoroti pentingnya solusi alami dalam memenuhi permintaan konsumen akan produk pertanian yang aman dan ramah lingkungan.
Namun, tantangan dalam standardisasi formulasi dan efikasi juga perlu diperhatikan. Konsentrasi senyawa aktif dalam ekstrak daun sirsak dapat bervariasi tergantung pada faktor lingkungan, umur daun, dan metode ekstraksi. Ini berarti bahwa hasil di lapangan mungkin tidak selalu konsisten antarbatch atau antarwilayah. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan protokol standar yang dapat menjamin konsistensi produk. Menurut Dr. Budi Santoso, seorang ahli fitokimia dari Institut Pertanian Bogor, "Variabilitas ini adalah kunci utama yang perlu diatasi untuk meningkatkan adopsi pestisida nabati secara massal."
Kasus lain yang menarik adalah penggunaan ekstrak daun sirsak dalam pengendalian hama pascapanen, khususnya pada penyimpanan biji-bijian. Serangga gudang seperti kumbang beras dapat menyebabkan kerugian besar. Beberapa penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa perlakuan biji-bijian dengan bubuk atau ekstrak daun sirsak dapat secara efektif menghambat pertumbuhan populasi hama dan melindungi komoditas yang disimpan. Ini menawarkan alternatif non-toksik untuk fumigan kimia yang sering digunakan dalam penyimpanan.
Pengembangan produk komersial berbasis daun sirsak juga mulai bermunculan, meskipun masih dalam skala kecil. Beberapa perusahaan agribisnis lokal telah mulai memproduksi konsentrat atau formulasi siap pakai dari ekstrak daun sirsak, memudahkan petani untuk mengaplikasikannya. Produk-produk ini seringkali dilengkapi dengan petunjuk penggunaan yang jelas dan telah melalui uji coba terbatas. Keberadaan produk komersial ini adalah langkah penting menuju adopsi yang lebih luas di kalangan petani yang mungkin tidak memiliki waktu atau sumber daya untuk membuat ekstrak sendiri.
Secara keseluruhan, diskusi kasus ini menggarisbawahi potensi besar pestisida nabati daun sirsak sebagai komponen vital dalam strategi pengelolaan hama terpadu. Dari padi hingga sayuran dan perkebunan, manfaatnya dalam mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis, meningkatkan keamanan pangan, dan mendukung keberlanjutan lingkungan sangatlah signifikan. Meskipun tantangan masih ada, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa dengan penelitian dan pengembangan yang tepat, daun sirsak dapat menjadi solusi yang kuat dan berkelanjutan untuk tantangan hama pertanian global.
Tips Penggunaan dan Detail Penting Pestisida Nabati Daun Sirsak
- Pemilihan Daun yang Tepat
Pilih daun sirsak yang segar, sehat, dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit atau serangan hama. Daun yang lebih tua seringkali mengandung konsentrasi senyawa aktif yang lebih tinggi dibandingkan daun muda. Kualitas bahan baku sangat mempengaruhi potensi efikasi pestisida yang dihasilkan. Pastikan daun dicuci bersih sebelum diolah untuk menghilangkan kotoran atau kontaminan.
- Metode Ekstraksi yang Efektif
Metode ekstraksi paling umum adalah perendaman atau perebusan. Untuk perendaman, cincang daun sirsak (sekitar 1 kg untuk 10 liter air), rendam semalaman, lalu saring. Untuk perebusan, rebus daun yang sudah dicincang selama 15-30 menit, dinginkan, lalu saring. Penggunaan pelarut seperti air atau alkohol konsentrasi rendah akan mempengaruhi jenis dan jumlah senyawa bioaktif yang terekstrak, dengan air menjadi pilihan paling praktis dan aman untuk aplikasi lapangan.
- Formulasi dan Konsentrasi yang Tepat
Konsentrasi ekstrak yang diaplikasikan sangat penting untuk efektivitas. Untuk sebagian besar hama, rasio 1:5 hingga 1:10 (ekstrak:air) sering direkomendasikan. Tambahkan sedikit sabun colek atau surfaktan alami sebagai agen perekat dan perata agar larutan dapat menempel lebih baik pada daun dan tubuh hama. Uji coba pada area kecil sebelum aplikasi luas sangat disarankan untuk memastikan tidak ada efek fitotoksik.
- Waktu dan Frekuensi Aplikasi
Aplikasi sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pagi hari saat serangga tidak terlalu aktif dan cuaca tidak terlalu panas untuk menghindari penguapan cepat. Ulangi aplikasi setiap 5-7 hari atau setelah hujan lebat untuk mempertahankan efektivitas, terutama jika populasi hama masih tinggi. Konsistensi dalam aplikasi adalah kunci untuk manajemen hama yang sukses dengan pestisida nabati.
- Penyimpanan Ekstrak
Ekstrak daun sirsak segar memiliki stabilitas yang terbatas. Sebaiknya digunakan dalam waktu 24-48 jam setelah pembuatan. Jika perlu disimpan, letakkan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan gelap untuk memperlambat degradasi senyawa aktif. Untuk penyimpanan jangka panjang, pertimbangkan formulasi bubuk kering atau ekstrak pekat yang lebih stabil.
- Identifikasi Hama yang Akurat
Sebelum aplikasi, identifikasi jenis hama yang menyerang tanaman dengan akurat. Meskipun daun sirsak memiliki spektrum luas, efektivitasnya dapat bervariasi antar spesies hama. Pengetahuan tentang siklus hidup hama juga akan membantu menentukan waktu aplikasi yang paling optimal untuk mengganggu perkembangbiakannya secara efektif.
- Kombinasi dengan Metode Pengendalian Lain
Pestisida nabati daun sirsak paling efektif jika digunakan sebagai bagian dari strategi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Kombinasikan dengan praktik budidaya yang baik, seperti rotasi tanaman, sanitasi lahan, penanaman varietas tahan hama, dan pelestarian musuh alami. Pendekatan holistik ini akan memberikan hasil yang lebih berkelanjutan dan meminimalkan ketergantungan pada satu metode pengendalian.
- Uji Keamanan dan Efikasi Skala Kecil
Sebelum menerapkan secara luas, selalu lakukan uji coba pada beberapa tanaman terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada efek samping negatif (fitotoksisitas) dan untuk mengkonfirmasi efikasinya terhadap hama target di lingkungan spesifik Anda. Observasi hasil selama beberapa hari untuk menilai respons tanaman dan hama. Catat konsentrasi dan waktu aplikasi untuk referensi di masa mendatang.
Penelitian mengenai potensi insektisida dari daun sirsak telah banyak dilakukan, terutama fokus pada identifikasi senyawa aktif dan mekanisme kerjanya. Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Pest Science pada tahun 2017 oleh tim peneliti dari Universitas Pertanian Malaysia mengevaluasi efek ekstrak metanol daun sirsak terhadap larva Spodoptera litura (ulat grayak). Desain penelitian melibatkan perlakuan larva dengan berbagai konsentrasi ekstrak, dan hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak tersebut menyebabkan mortalitas larva yang signifikan serta efek antifeedant. Metode yang digunakan meliputi uji bioassay pakan, di mana larva diberi makan daun yang telah disemprot dengan ekstrak, dan diamati tingkat konsumsi serta mortalitasnya. Temuan ini menegaskan peran acetogenin dalam mengganggu sistem pencernaan dan metabolisme serangga.
Studi lain yang diterbitkan dalam International Journal of Tropical Insect Science pada tahun 2020 oleh peneliti dari India meneliti efek ovicidal dan larvicidal ekstrak daun sirsak terhadap nyamuk Aedes aegypti, vektor demam berdarah. Penelitian ini menggunakan sampel telur dan larva nyamuk yang terpapar berbagai konsentrasi ekstrak air dan etanol daun sirsak. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak mampu mengurangi daya tetas telur dan menyebabkan kematian larva secara dosis-responsif. Metodologi yang cermat dalam mengukur persentase kematian larva dan daya tetas telur memberikan bukti kuat mengenai potensi daun sirsak sebagai agen biolarvisida dan ovisida, meskipun fokusnya pada kesehatan masyarakat, prinsipnya relevan untuk hama pertanian.
Namun demikian, ada pandangan yang mempertanyakan konsistensi efikasi pestisida nabati daun sirsak di lapangan dibandingkan dengan hasil laboratorium. Beberapa peneliti berpendapat bahwa variabilitas kandungan senyawa aktif antar daun, metode ekstraksi yang berbeda, serta faktor lingkungan seperti suhu dan radiasi UV dapat mempengaruhi stabilitas dan potensi ekstrak. Misalnya, sebuah artikel ulasan di Crop Protection Journal pada tahun 2018 menyoroti bahwa walaupun potensi di laboratorium tinggi, tantangan dalam formulasi stabil dan aplikasi skala besar masih menjadi kendala utama. Basis argumen ini adalah perlunya standardisasi produk untuk memastikan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan oleh petani, serta durasi efek yang relatif singkat di lapangan dibandingkan pestisida sintetis.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi formulasi yang paling stabil dan efektif, termasuk penggunaan bahan tambahan (adjuvant) alami untuk meningkatkan daya rekat dan penetrasi ekstrak. Selain itu, studi mengenai dampak jangka panjang terhadap populasi hama target dan organisme non-target di lingkungan pertanian yang kompleks juga masih terbatas. Meskipun bukti awal menunjukkan toksisitas rendah terhadap non-target, penelitian ekologi yang lebih komprehensif diperlukan untuk mengkonfirmasi keamanan penuh dalam skala ekosistem. Ini akan membantu dalam pengembangan rekomendasi aplikasi yang lebih tepat dan terukur untuk berbagai kondisi pertanian.
Rekomendasi
Untuk memaksimalkan manfaat pestisida nabati daun sirsak dalam sistem pertanian, beberapa rekomendasi dapat diterapkan. Pertama, standardisasi metode ekstraksi dan formulasi sangat krusial. Penelitian lebih lanjut harus difokuskan pada pengembangan protokol yang dapat menjamin konsistensi konsentrasi senyawa aktif dalam setiap batch ekstrak. Ini mungkin melibatkan penggunaan teknik ekstraksi yang lebih canggih atau pengembangan pedoman sederhana yang mudah diikuti oleh petani.
Kedua, edukasi dan pelatihan bagi petani harus digencarkan mengenai cara pembuatan, aplikasi yang tepat, dan waktu aplikasi yang efektif. Penyuluhan tentang identifikasi hama dan pemantauan populasi juga penting agar penggunaan pestisida nabati dapat dilakukan secara tepat sasaran. Lokakarya dan demonstrasi lapangan dapat menjadi metode yang efektif untuk transfer pengetahuan ini.
Ketiga, integrasi pestisida nabati daun sirsak ke dalam program Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) harus menjadi prioritas. Ini berarti menggabungkan penggunaannya dengan praktik budidaya yang baik, seperti rotasi tanaman, penggunaan varietas tahan hama, dan pelestarian musuh alami hama. Pendekatan holistik ini akan meningkatkan efektivitas pengendalian hama secara keseluruhan dan mengurangi ketergantungan pada satu metode saja.
Keempat, dukungan pemerintah dan lembaga penelitian diperlukan untuk memfasilitasi penelitian lanjutan dan pengembangan produk komersial berbasis daun sirsak. Ini termasuk investasi dalam riset stabilitas, masa simpan, dan efikasi pada skala lapangan yang lebih besar. Kebijakan yang mendukung produksi dan penggunaan pestisida nabati juga akan mendorong adopsi yang lebih luas di kalangan petani.
Pestisida nabati daun sirsak menawarkan solusi pengendalian hama yang menjanjikan dengan berbagai manfaat, mulai dari aktivitas insektisida yang kuat hingga dampak lingkungan yang minimal dan keamanan bagi organisme non-target. Kandungan senyawa bioaktif seperti acetogenin memberikan mekanisme kerja yang efektif dalam mengendalikan berbagai jenis hama pada berbagai tahap siklus hidupnya. Potensi besar ini mendukung praktik pertanian berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis, dan meningkatkan keamanan pangan.
Meskipun demikian, tantangan terkait standardisasi formulasi dan konsistensi efikasi di lapangan masih menjadi area yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Stabilitas senyawa aktif dan metode aplikasi yang optimal perlu terus dikembangkan untuk memastikan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan oleh petani. Masa depan penelitian harus fokus pada pengembangan formulasi yang lebih stabil, studi ekologi jangka panjang, dan integrasi yang lebih baik dalam strategi PHT yang komprehensif.