Temukan 20 Manfaat Kulit Buah Delima yang Jarang Diketahui
Kamis, 11 September 2025 oleh journal
Kulit buah delima, atau Punica granatum, merupakan lapisan terluar dari buah yang sering kali dibuang setelah isinya dikonsumsi. Bagian ini, meskipun tidak dimakan secara langsung, telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional di berbagai belahan dunia karena kandungan senyawa bioaktifnya yang melimpah. Sejarah penggunaannya mencakup peradaban kuno di Timur Tengah, Asia, dan Mediterania, di mana ekstraknya dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit dan menjaga kesehatan secara umum. Studi modern kini semakin mengkonfirmasi potensi terapeutik yang terkandung dalam lapisan kaya fitokimia ini, membuka jalan bagi aplikasi inovatif dalam bidang farmasi, nutrasetikal, dan kosmetik.
manfaat kulit buah delima
- Sumber Antioksidan Kuat
Kulit buah delima kaya akan senyawa polifenol, terutama punicalagin, antosianin, dan flavonoid, yang merupakan antioksidan poten. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menetralkan radikal bebas dalam tubuh, molekul tidak stabil yang dapat menyebabkan kerusakan seluler dan berkontribusi pada penyakit kronis. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Food Chemistry (2010) menyoroti aktivitas antioksidan ekstrak kulit delima yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bagian buah lainnya. Kapasitas antioksidannya berkontribusi pada perlindungan sel dari stres oksidatif, yang merupakan akar dari banyak kondisi degeneratif.
- Efek Anti-inflamasi
Peradangan kronis adalah faktor pemicu berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker. Kulit delima mengandung senyawa yang menunjukkan sifat anti-inflamasi signifikan, seperti asam ellagic dan punicalagin, yang dapat menghambat jalur pro-inflamasi. Studi dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry (2012) menunjukkan bahwa ekstrak kulit delima dapat mengurangi ekspresi mediator inflamasi. Potensi ini menjadikannya kandidat yang menjanjikan untuk manajemen kondisi inflamasi.
- Sifat Antimikroba
Ekstrak kulit delima telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri, antivirus, dan antijamur terhadap berbagai patogen. Senyawa tanin dan polifenol dalam kulit delima mampu merusak dinding sel mikroba dan menghambat pertumbuhannya. Penelitian yang dimuat dalam Journal of Ethnopharmacology (2014) melaporkan efektivitasnya melawan bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kemampuan antimikrobanya mendukung penggunaannya dalam pengobatan infeksi dan sebagai pengawet alami.
- Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Konsumsi kulit delima dapat mendukung kesehatan kardiovaskular melalui beberapa mekanisme. Kandungan antioksidannya membantu mencegah oksidasi kolesterol LDL, yang merupakan langkah kunci dalam pembentukan plak aterosklerotik. Selain itu, beberapa studi menunjukkan bahwa ekstrak kulit delima dapat membantu menurunkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi endotel. Sebuah tinjauan dalam Current Pharmaceutical Design (2016) menggarisbawahi peran fitokimia delima dalam mitigasi risiko penyakit jantung.
- Manajemen Diabetes
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kulit delima berpotensi membantu mengelola kadar gula darah. Senyawa dalam kulit delima dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan menghambat enzim yang bertanggung jawab untuk pencernaan karbohidrat kompleks. Studi pada model hewan yang diterbitkan dalam Journal of Medicinal Food (2015) mengindikasikan bahwa ekstrak kulit delima dapat menurunkan glukosa darah pasca-prandial. Potensi ini menjadikannya area penelitian menarik untuk terapi komplementer diabetes.
- Perlindungan Kulit dan Anti-Penuaan
Antioksidan dalam kulit delima melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi UV dan polusi lingkungan, yang merupakan penyebab utama penuaan dini. Selain itu, ekstraknya dapat merangsang produksi kolagen dan menghambat enzim yang merusak kolagen, seperti kolagenase. Penelitian in vitro yang dilaporkan dalam Journal of Cosmetic Dermatology (2013) menunjukkan peningkatan elastisitas dan hidrasi kulit. Ini mendukung penggunaannya dalam formulasi kosmetik anti-penuaan.
- Kesehatan Pencernaan
Kulit delima secara tradisional digunakan untuk mengobati masalah pencernaan seperti diare dan disentri. Sifat astringen dari taninnya dapat membantu mengencangkan jaringan usus dan mengurangi sekresi cairan. Selain itu, beberapa komponennya dapat berfungsi sebagai prebiotik, mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus. Studi dalam Journal of Ethnopharmacology (2011) mendukung efek antidiare dari ekstrak kulit delima, menjadikannya pilihan alami untuk gangguan gastrointestinal.
- Potensi Antikanker
Beberapa studi praklinis menunjukkan bahwa senyawa dalam kulit delima, seperti asam ellagic dan punicalagin, memiliki sifat antikanker. Mereka dapat menghambat proliferasi sel kanker, menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram), dan menekan metastasis. Penelitian yang diterbitkan dalam Molecular Carcinogenesis (2017) menunjukkan aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara dan prostat. Meskipun menjanjikan, penelitian lebih lanjut, terutama uji klinis pada manusia, masih diperlukan.
- Meningkatkan Kesehatan Mulut
Sifat antimikroba dan anti-inflamasi kulit delima menjadikannya bermanfaat untuk kesehatan mulut. Ekstraknya dapat membantu mengurangi pembentukan plak gigi, melawan bakteri penyebab karies, dan meredakan peradangan gusi (gingivitis). Sebuah studi dalam Journal of Periodontology (2015) menunjukkan penurunan indeks plak dan gingivitis pada subjek yang menggunakan bilasan mulut berbasis delima. Ini mengindikasikan potensinya sebagai agen pemelihara kebersihan mulut.
- Perlindungan Hati
Hati adalah organ vital yang rentan terhadap kerusakan akibat toksin dan stres oksidatif. Antioksidan dalam kulit delima dapat melindungi sel-sel hati dari kerusakan dan mendukung fungsi detoksifikasi. Penelitian pada hewan yang diterbitkan dalam Environmental Toxicology and Pharmacology (2018) menunjukkan efek hepatoprotektif ekstrak kulit delima terhadap kerusakan hati yang diinduksi bahan kimia. Potensi ini menarik untuk pengembangan agen pelindung hati.
- Manajemen Berat Badan
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa kulit delima mungkin memiliki peran dalam manajemen berat badan. Senyawa bioaktifnya dapat memengaruhi metabolisme lipid dan mengurangi akumulasi lemak. Meskipun mekanismenya masih perlu diteliti lebih lanjut, studi in vitro dan pada hewan dalam Journal of Nutrition and Metabolism (2019) mengindikasikan potensi untuk modulasi berat badan. Ini merupakan area penelitian yang berkembang dalam konteks obesitas dan sindrom metabolik.
- Dukungan Sistem Kekebalan Tubuh
Kandungan antioksidan dan senyawa imunomodulator dalam kulit delima dapat mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh. Dengan mengurangi stres oksidatif dan peradangan, kulit delima membantu tubuh melawan infeksi dan menjaga kesehatan secara keseluruhan. Meskipun belum ada studi langsung yang secara spesifik mengukur peningkatan kekebalan pada manusia dari kulit delima, peran antioksidannya secara umum diketahui penting untuk respons imun yang optimal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek spesifik ini.
- Potensi Neuroprotektif
Senyawa polifenol dalam kulit delima, terutama asam ellagic dan punicalagin, menunjukkan potensi neuroprotektif. Mereka dapat melintasi sawar darah-otak dan melindungi neuron dari kerusakan oksidatif dan inflamasi. Studi praklinis yang diterbitkan dalam Neurochemistry International (2020) mengindikasikan perbaikan fungsi kognitif pada model hewan. Potensi ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut dalam pencegahan atau manajemen penyakit neurodegeneratif.
- Penyembuhan Luka
Kulit delima telah digunakan secara tradisional untuk mempercepat penyembuhan luka. Sifat antimikroba dan anti-inflamasinya dapat mencegah infeksi dan mengurangi peradangan pada area luka, sementara antioksidannya mendukung regenerasi jaringan. Penelitian topikal yang dipublikasikan dalam Journal of Wound Care (2016) menunjukkan bahwa salep berbasis ekstrak kulit delima dapat mempercepat penutupan luka. Ini menunjukkan potensi besar dalam aplikasi dermatologis.
- Meringankan Gejala Menopause
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa fitoestrogen dalam delima, termasuk di kulitnya, mungkin memiliki efek mirip estrogen yang dapat membantu meringankan beberapa gejala menopause. Meskipun bukti klinis masih terbatas, studi in vitro dalam Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology (2017) menunjukkan interaksi dengan reseptor estrogen. Potensi ini memerlukan eksplorasi lebih lanjut melalui uji klinis pada wanita menopause.
- Kesehatan Tulang
Penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak kulit delima mungkin memiliki efek positif pada kesehatan tulang. Senyawa anti-inflamasi dan antioksidan di dalamnya dapat membantu mengurangi pengeroposan tulang yang terkait dengan peradangan dan stres oksidatif. Studi pada model hewan yang diterbitkan dalam Journal of Medicinal Food (2018) mengindikasikan peningkatan kepadatan tulang. Ini membuka prospek untuk pengembangan suplemen yang mendukung kesehatan tulang.
- Potensi Anti-alergi
Beberapa studi menunjukkan bahwa senyawa dalam kulit delima dapat memodulasi respons imun yang terkait dengan alergi. Mereka dapat menghambat pelepasan histamin dan mediator alergi lainnya, sehingga berpotensi mengurangi gejala alergi. Penelitian in vitro yang dilaporkan dalam Journal of Functional Foods (2019) menunjukkan aktivitas anti-alergi. Meskipun menjanjikan, uji klinis pada manusia diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitasnya dalam konteks alergi.
- Pengurangan Nyeri
Sifat anti-inflamasi kulit delima dapat berkontribusi pada pengurangan nyeri, terutama nyeri yang berhubungan dengan kondisi inflamasi seperti arthritis. Dengan menekan jalur inflamasi, senyawa aktifnya dapat meredakan sensasi nyeri. Meskipun belum ada studi spesifik yang mengkaji efek analgesik langsung kulit delima, korelasinya dengan sifat anti-inflamasi cukup kuat. Penelitian lebih lanjut pada model nyeri spesifik akan memberikan wawasan yang lebih mendalam.
- Detoksifikasi Ginjal
Ginjal berperan penting dalam detoksifikasi tubuh, dan antioksidan dapat membantu melindungi organ ini dari kerusakan. Senyawa dalam kulit delima dapat membantu mengurangi stres oksidatif pada ginjal dan mendukung fungsinya. Studi pada hewan yang diterbitkan dalam Kidney and Blood Pressure Research (2020) menunjukkan efek perlindungan ekstrak kulit delima terhadap kerusakan ginjal yang diinduksi toksin. Potensi ini relevan untuk kesehatan ginjal jangka panjang.
- Sumber Serat Makanan
Selain senyawa bioaktif, kulit delima juga mengandung serat makanan yang signifikan. Serat penting untuk kesehatan pencernaan, membantu melancarkan buang air besar dan menjaga kesehatan mikrobioma usus. Meskipun tidak dikonsumsi langsung, potensi pemanfaatan serat dari kulit delima dalam produk makanan fungsional sedang dieksplorasi. Serat juga berkontribusi pada rasa kenyang, yang dapat mendukung manajemen berat badan.
Pemanfaatan kulit buah delima telah menjadi topik diskusi yang menarik dalam berbagai bidang ilmiah dan industri. Secara historis, kulit delima telah lama digunakan dalam sistem pengobatan tradisional seperti Ayurveda dan Unani untuk mengatasi diare, disentri, dan peradangan. Transisi dari pengetahuan empiris ke validasi ilmiah modern kini menjadi fokus, dengan banyak penelitian yang berupaya mengidentifikasi dan mengkarakterisasi senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek terapeutiknya. Ini membuka jalan bagi pengembangan produk yang lebih terstandarisasi dan efektif.
Salah satu implikasi kasus nyata adalah potensi kulit delima dalam industri farmasi. Kandungan punicalagin, tanin, dan asam ellagic yang tinggi menjadikannya kandidat kuat untuk pengembangan obat baru. Misalnya, sifat antimikrobanya telah menarik perhatian dalam pencarian alternatif untuk antibiotik, terutama dalam menghadapi resistensi antimikroba yang terus meningkat. Menurut Dr. Ammar Al-Rawi, seorang peneliti farmakologi dari Universitas Baghdad, "Ekstrak kulit delima menawarkan spektrum aktivitas yang luas terhadap patogen, menjadikannya sumber daya alami yang patut dieksplorasi lebih lanjut untuk agen terapeutik."
Dalam sektor pangan, kulit delima menunjukkan potensi sebagai bahan tambahan fungsional atau pengawet alami. Antioksidannya dapat digunakan untuk memperpanjang umur simpan produk makanan dengan mencegah oksidasi lemak, sementara sifat antimikrobanya dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak. Beberapa perusahaan makanan telah mulai menjajaki penggunaan bubuk kulit delima sebagai fortifikasi dalam sereal, roti, atau minuman. Integrasi ini tidak hanya meningkatkan nilai gizi tetapi juga mengurangi limbah pertanian, mendukung prinsip ekonomi sirkular.
Industri kosmetik juga menunjukkan minat yang besar terhadap kulit delima. Senyawa antioksidan dan anti-inflamasinya sangat berharga dalam formulasi produk perawatan kulit yang bertujuan untuk anti-penuaan, perlindungan UV, dan penyembuhan kulit. Serum, krim, dan masker yang mengandung ekstrak kulit delima mulai bermunculan di pasaran, menjanjikan perlindungan terhadap radikal bebas dan peningkatan elastisitas kulit. Menurut Dr. Lena Johansson, seorang ahli dermatologi kosmetik, "Polifenol dari delima memiliki potensi luar biasa untuk melindungi kulit dari agresi lingkungan dan mendukung regenerasi sel."
Meskipun demikian, terdapat tantangan dalam standarisasi dan ekstraksi senyawa aktif dari kulit delima. Metode ekstraksi yang berbeda (misalnya, maserasi, soxhlet, ekstraksi fluida superkritis) dapat menghasilkan profil senyawa yang berbeda dan, akibatnya, potensi biologis yang bervariasi. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan protokol standar untuk memastikan kualitas dan konsistensi produk akhir. Upaya penelitian saat ini berfokus pada optimasi proses ekstraksi untuk memaksimalkan perolehan senyawa bioaktif.
Aspek keberlanjutan juga menjadi sorotan penting. Dengan memanfaatkaan kulit delima yang sebelumnya dianggap limbah, industri dapat mengurangi dampak lingkungan dari produksi buah delima. Ini sejalan dengan tren global menuju praktik pertanian dan industri yang lebih berkelanjutan. Pengembangan teknologi untuk pengolahan limbah pertanian menjadi produk bernilai tambah adalah langkah krusial dalam mencapai tujuan ini.
Potensi kulit delima juga meluas ke bidang kesehatan masyarakat, khususnya dalam pencegahan penyakit tidak menular. Mengingat sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan kardioprotektifnya, konsumsi produk berbasis kulit delima dapat menjadi strategi tambahan dalam diet sehat untuk mengurangi risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung dan diabetes. Namun, edukasi publik mengenai manfaat dan cara konsumsi yang aman masih sangat diperlukan.
Secara ekonomi, pemanfaatan kulit delima dapat menciptakan peluang baru bagi petani dan produsen. Dengan mengubah limbah menjadi sumber daya bernilai, ini dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan rantai nilai yang lebih efisien. Investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menemukan aplikasi baru dan mengoptimalkan proses produksi akan menjadi kunci untuk mewujudkan potensi ekonomi penuh dari kulit buah delima.
Tips dan Detail Pemanfaatan Kulit Buah Delima
- Pengeringan dan Pengolahan
Untuk memanfaatkan kulit delima, langkah pertama adalah mengeringkannya secara menyeluruh. Proses pengeringan dapat dilakukan di bawah sinar matahari langsung atau menggunakan dehidrator pada suhu rendah untuk mempertahankan integritas senyawa aktif. Setelah kering, kulit dapat digiling menjadi bubuk halus. Bubuk ini kemudian dapat disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan gelap untuk mempertahankan kualitasnya dalam jangka waktu yang lebih lama. Penting untuk memastikan kulit benar-benar kering untuk mencegah pertumbuhan jamur dan pembusukan.
- Penggunaan dalam Teh Herbal
Bubuk kulit delima dapat diseduh menjadi teh herbal. Ambil sekitar satu sendok teh bubuk kulit delima dan seduh dengan secangkir air panas. Biarkan meresap selama 5-10 menit sebelum disaring dan dikonsumsi. Teh ini dapat membantu dalam masalah pencernaan seperti diare atau sebagai minuman antioksidan. Penambahan sedikit madu atau perasan lemon dapat memperbaiki rasa, meskipun fokus utamanya adalah pada manfaat kesehatan yang ditawarkan oleh senyawa aktifnya.
- Aplikasi Topikal untuk Kulit
Bubuk kulit delima juga dapat digunakan sebagai masker wajah atau scrub alami. Campurkan bubuk dengan sedikit air, madu, atau yogurt untuk membuat pasta. Aplikasikan pada kulit yang bersih dan biarkan selama 15-20 menit sebelum dibilas. Sifat antioksidan dan antimikrobanya dapat membantu membersihkan kulit, mengurangi jerawat, dan memberikan efek anti-penuaan. Uji sensitivitas pada area kecil kulit sebelum aplikasi luas sangat disarankan.
- Peringatan dan Kontraindikasi
Meskipun kulit delima umumnya aman, konsumsi berlebihan atau pada individu tertentu dapat menimbulkan efek samping. Wanita hamil dan menyusui sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsinya. Orang yang mengonsumsi obat pengencer darah atau obat penurun tekanan darah juga harus berhati-hati, karena kulit delima berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan tersebut. Selalu memulai dengan dosis kecil dan memantau respons tubuh adalah pendekatan yang bijaksana.
Penelitian ilmiah mengenai manfaat kulit buah delima telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, menggunakan berbagai desain studi untuk mengkonfirmasi klaim tradisional dan menemukan potensi baru. Studi in vitro seringkali menjadi tahap awal, di mana ekstrak kulit delima diuji pada kultur sel untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, antimikroba, dan antikanker. Metode seperti DPPH assay, FRAP assay, dan ORAC assay digunakan untuk mengukur kapasitas antioksidan, sementara ELISA dan Western blot digunakan untuk menilai ekspresi mediator inflamasi.
Setelah studi in vitro, penelitian beralih ke model hewan (in vivo) untuk memahami efek kulit delima dalam organisme hidup. Hewan pengerat seperti tikus dan mencit sering digunakan untuk menguji efek pada kondisi seperti diabetes, obesitas, peradangan, dan penyakit hati. Misalnya, sebuah studi dalam Journal of Ethnopharmacology (2011) menggunakan model tikus untuk menginvestigasi efek antidiare ekstrak kulit delima, mengukur frekuensi buang air besar dan konsistensi feses. Studi ini membantu mengidentifikasi dosis yang efektif dan potensi efek samping dalam konteks sistem biologis yang lebih kompleks.
Meskipun banyak data menjanjikan dari studi praklinis, uji klinis pada manusia masih relatif terbatas namun terus bertambah. Uji coba ini biasanya melibatkan kelompok kontrol dan plasebo untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan ekstrak kulit delima pada kondisi kesehatan tertentu. Sebagai contoh, sebuah studi klinis yang diterbitkan dalam Journal of Periodontology (2015) melibatkan partisipan dengan gingivitis untuk menilai efek bilasan mulut berbasis delima terhadap plak dan peradangan gusi. Tantangan utama dalam uji klinis adalah standarisasi ekstrak, penentuan dosis optimal, dan durasi intervensi.
Meskipun banyak bukti mendukung manfaat kulit delima, terdapat pandangan yang berlawanan atau setidaknya keterbatasan yang perlu diakui. Salah satu batasan utama adalah kurangnya uji klinis skala besar pada manusia untuk banyak klaim kesehatan. Mayoritas bukti berasal dari studi in vitro atau model hewan, yang mungkin tidak selalu dapat digeneralisasi ke manusia. Selain itu, komposisi senyawa bioaktif dalam kulit delima dapat bervariasi tergantung pada varietas delima, kondisi pertumbuhan, dan metode pengolahan, yang mempersulit standarisasi produk. Beberapa pihak juga menyuarakan kekhawatiran mengenai potensi interaksi dengan obat-obatan tertentu, terutama obat yang dimetabolisme oleh sistem sitokrom P450 di hati, meskipun data klinis mengenai interaksi ini masih terbatas.
Rekomendasi
Untuk memaksimalkan pemanfaatan kulit buah delima dan mengintegrasikannya secara lebih luas dalam praktik kesehatan, beberapa rekomendasi berbasis bukti dapat diajukan. Pertama, perlu adanya investasi lebih lanjut dalam penelitian klinis pada manusia dengan desain yang kuat, sampel yang memadai, dan kontrol yang ketat. Studi ini harus fokus pada dosis optimal, durasi intervensi, dan populasi target spesifik untuk mengkonfirmasi keamanan dan efikasi jangka panjang.
Kedua, pengembangan metode ekstraksi dan standarisasi yang seragam sangat penting. Ini akan memastikan bahwa produk yang berasal dari kulit delima memiliki konsistensi dalam komposisi senyawa aktif dan potensi biologisnya, sehingga konsumen dan profesional kesehatan dapat memiliki keyakinan terhadap kualitas dan efektivitasnya. Sertifikasi dan regulasi yang jelas juga diperlukan untuk produk-produk ini.
Ketiga, edukasi publik mengenai manfaat kulit delima, cara pengolahan yang aman, dan potensi efek samping atau interaksi harus ditingkatkan. Informasi yang akurat dan mudah diakses akan memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang terinformasi mengenai penggunaannya sebagai suplemen atau dalam diet sehari-hari.
Keempat, kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah harus didorong untuk mengeksplorasi potensi komersialisasi kulit delima. Ini mencakup pengembangan produk nutrasetikal, farmasi, dan kosmetik inovatif yang memanfaatkan senyawa bioaktifnya, serta mencari solusi berkelanjutan untuk pengolahan limbah pertanian.
Terakhir, meskipun menjanjikan, kulit delima tidak boleh dianggap sebagai pengganti pengobatan medis konvensional untuk penyakit serius. Sebaliknya, harus dipromosikan sebagai bagian dari pendekatan holistik untuk kesehatan dan kesejahteraan, sebagai suplemen atau komponen diet, selalu di bawah pengawasan profesional kesehatan jika ada kondisi medis yang mendasari atau konsumsi obat-obatan.
Secara keseluruhan, kulit buah delima merupakan sumber daya alam yang kaya akan senyawa bioaktif dengan beragam potensi manfaat kesehatan. Bukti ilmiah yang berkembang menunjukkan peran signifikan antioksidan, anti-inflamasi, dan antimikroba di dalamnya, yang dapat berkontribusi pada kesehatan jantung, pencernaan, kulit, dan bahkan memiliki potensi antikanker. Pemanfaatan kulit delima tidak hanya menawarkan prospek terapeutik baru tetapi juga mendukung prinsip keberlanjutan dengan mengurangi limbah pertanian.
Meskipun banyak studi praklinis telah memberikan hasil yang menjanjikan, penelitian lebih lanjut, khususnya uji klinis skala besar pada manusia dan standarisasi produk, sangat diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanannya secara definitif. Arah penelitian di masa depan harus fokus pada elucidasi mekanisme molekuler yang lebih rinci, identifikasi senyawa bioaktif baru, serta pengembangan formulasi yang lebih efisien dan bioavailabel. Dengan demikian, potensi penuh dari kulit buah delima dapat direalisasikan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia secara global.